Translate

Kamis, 18 Februari 2016

Mengenal Ragam Tarian Tradisional di Jawa Tengah

       Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya,  salah satunya yang akan saya bahas disini adalah tentang beberapa tarian tradisional yang berasal dari daerah saya yaitu Jawa Tengah.

1. Tari Serimpi 
        Tari Serimpi adalah tarian yang populer dan bersifat sakral di Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat (Jogjakarta) dan Keraton Surakarta Hadiningrat (Solo). Tari Serimpi identik dengan kelemah lembutan, kesopanan, gambaran kehalusan budi dalam gerak yang pelan dan anggun mengalir bersama alunan musik gamelan Jawa.
       Pengertian dari Tari Serimpi ini  merupakan tarian yang dibawakan oleh 4 orang penari, istilah serimpi sendiri berarti empat, bilangan tersebut mewakili empat mata angin dan empat unsur dunia yang meliputi grama ( api), angin (udara), toya (air) dan bumi (tanah). Setiap penari juga telah mendapatkan nama - nama tersendiri yakni Batak, Gulu, Dhada dan Buncit, dengan komposisi penari berbentuk segi empat yang melambangkan empat buah sisi tiang pendopo. Pendapat lain menurut Dr. Priyono, nama Serimpi diartikan "impi" atau "mimpi", maksudnya adalah ketika menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang 3/4 hingga 1 jam itu para penonton seperti dibawa kealam lain , yakni alam mimpi. 


      Dalam pagelarannya tarian ini menggambarkan peperangan pahlawan - pahlawan dalam cerita Menak, Purwa, Mahabarata, Ramayana dalam sejarah Jawa, atau dapat juga dikatakan sebagai tarian yang mengisahkan pertempuran yang dilambangkan dalam dua kubu (satu kubu terdidi dari dua orang penari) yang terlibat dalam suatu peperangan. adegan yang ditampilkan pada Tari Serimpi sebenarnya sama dengan Tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dan buruk, antara benar dan salah, serta antara akal manusia dan nafsunya. Senjata yang digunakan dalam tarian ini antara lain berupa keris kecil atau cundrik, jembeng (semacam perisak), dan tombak pendek. Pada zaman pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII, yaitu pada abad ke-19, ada pula tari Serimpi yang senjatanya berupa pistol yang ditembakkan kearah bawah.



  Tari Serimpi juga dibagi dalam  beberapa jenis, di Kesultanan Yogyakarta didapati Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhempel, dan Serimpi Genjung, di Kesultanan Surakarta digolongkan menjadi , Serimpi Anglir Mendung dan Serimpi Bondan, 

   Macam - macam Tari Serimpi:
  • Tari Serimpi China ( tari putri klasik di Istana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pakaian China)
  • Tari Serimpi Padhelori ( diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VI dan VII )
  • Tari Serimpi Pistol ( diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII )
  • Tari Serimpi Merak Kasimpir ( diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana VII )
  • Tari Serimpi Renggawati ( diciptakan oleh Sultan Hamengku Buwana V, dengan 5 penari )
  • Tari Serimpi Pramugari ( diciptakan oleh Sultan Hamenku Buwana VII )
  • Tari Serimpi Sangopati ( diciptakan oleh Pakubuwana IV )
  • Tari Serimpi Anglirmendhung ( diciptakan oleh R.T. Warsadiningrat,Serimpi Anglirmendhung ini yang awalnya 7 penari diubah menjadi 4 penari oleh K.G.P.A.A Mangkunagara I )
  • Tari Serimpi Ludira Madu ( diciptakan oleh Pakubuwana V )

2. Tari Bambangan Cakil
         Tari Bambangan Cakil diadopsi dari cerita pewayangan, adegan yang diadopsi adalah Perang Kembang, yang menceritakan peperangan antara kesatria dan raksasa atau peperangan antara kebaikan dan kejahatan. Kedua sifat tersebut digambarkan dalam gerakan tokoh dalam tarian tersebut. Dimana kebaikan yang ada pada tokoh kesatria digambarkan dengan gerakan yang bersifat halus dan lemah lembut. Sementara kejahatan dalam tokoh raksasa digambarkan dengan gerakan yang bersifat kasar dan beringas. Tokoh pewayangan yang digunakan dalam tarian ini adalah Arjuna sebagai kesatria dan Cakil sebagai raksasa. Tarian ini mengandung nilai filosofi yang tinggi dimana kejahatan dan keangkaramurkaan akan kalah dengan kebaikan.



      Dalam pertunjukannya biasanya tari Bambangan Cakil biasanya tidak hanya dimainkan oleh 2 orang saja, namun ada beberapa peran pendukung seperti pasukan raksasa dan penari wanita sebagai pasangan kesatria. Peran pendukung tersebut biasanya dimainkan pada awal pertunjukan agar pertunjukan terlihat tidak kaku dan lebih menarik. Tarian ini diiringi oleh iringan Gendhing Srempengan, Ladrang Cluntang Sampak Laras Slendro. Tari Bambangan Cakil ini sering ditampilkan pada berbagai acara budaya, penyambutan tamu kehormatan atau festival budaya.

3. Tari Gambyong 
      Tari Gambyong adalah salah satu bentuk tarian dari Surakarta Jawa Tengah. Nama tarian ini diberikan sesuai dengan nama penciptanya yaitu Mas Ajeng Gambyong/M.A Gambyong, yakni salah satu penari wanita dan kerap pula disebut sebagai Warangganal/Ledhek oleh masyarakat Jawa pada kisaran tahun 1500.
        Secara filosofis gerakan dalam tarian ini memiliki makna menggambarkan kecantikan dan kelembutan wanita Jawa Tengah, dengan kata lain Tari Gambyong menggambarkan seorang wanita dengan sikap lincah, luwes, gembira, genit, dan juga lemah gemulai. Musik pengiring tarian ini adalah gamelan Jawa. 

        
      Tarian ini biasanya dipentaskan sebagai hiburan diberbagai acara seperti tasyakuran, pernikahan, sunatan, dan lain sebagainya.

4. Tari Sintren
      Tari Sintren adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari pesisir utara pantai Jawa Tengah .Selain gerak tarinya, tarian ini juga terkenal dengan unsur mistis didalamnya karena adanya ritual khusus untuk pemanggilan roh atau dewa. Menurut sejarahnya, tarian ini berawal dari percintaan Raden Sulandono dan Sulasih yang tidak mendapat restu Raden Sulandono, sehingga Raden Sulandono di perintahkan oleh ibunya untuk bertapa dan di berkan selembar kain sebagai sarana kelak untuk bertemu Sulasih setelah pertapaanya selesai. Sedangkan Sulasih di perintahkan untuk menjadi penari di seiap acara bersih desa yang diadakan sebagai syarat untuk bertemu Raden Sulandono. Malam itu saat bulan purnama, Raden Sulandono pun turun dari pertapaanya dengan cara bersembunyi - sembunyi sambil membawakan kain yang diiberikan oleh ibunya . Pada saat Sulastri menari, dia pun dirasuki oleh kekuatan Dewi Rantamsari sehingga mengalami trance. Melihat seperti itu Raden Sulandono pun melemparkan kain tersebut sehingga Sulasih pun pimgsan. Dengan kekuatan yang dimiliki Raden Sulandono maka Sulasih dapat dibawa kabur dan keduanya mewujudkan cita - citanya untuk bersatu dalam cinta. Sejak saat itulah sebutan Sintren dan Balangan muncul sebagi cikal bakal Tari Sintren ini. Istilah Sintren adalah keadaan saat penari menglami kesurupan atau trance. Dan istilah Balangan adalah saat Raden Sulandono melemparkan kain yang di berikan oleh ibunya.




     Dalam pertunjukan  Tari Sintren biasanya diawali dengan Dupan, yaitu ritual berdoa bersama untuk memohon perlindungan dari mara bahaya kepada Tuhan selama pertunjukan berlangsung. Ada beberapa bagian dalam pertunjukan Tari Sintren, yaitu Paripurna, Balangan, dan Temohon.  Berikut adalah penjelasanya:
  • Paripurna

Pada bagian Paripurna adalah bagian dimana pawang menyiapkan seseorang yang akan dijadikan Sintren yang masih memakai pakaian biasa. Pada bagian ini di awali dengan membacakan mantra dengan meletakkan kedua tangan calon penari Sintren di atas asap kemenyan, setelah itu penari di ikat dengan tali di seluruh tubuhnya, kemudian calon penari Sintren dimasukan ke dalam sangkar ayam bersama dengan busana dan perlengkapan riasnya. Ketika sudah jadi maka akan di tandai dengan kurungan (sangkar ayam) yang bergetar dan kurungan akan di buka, penari Sintren tersebut pun sudah siap untuk menari.
  • Balangan

Pada bagian Balangan adalah saat penonton melemparkan sesuatu kearah penari Sintren.Saat penari terkena lemparan itu maka penari Sintren itu akan pingsan, lalu pawang mendatangi penari yang pingsan tersebut dan membacakan mantra dan mengusap wajah penari agar roh bidadari datang lagi dan melanjutkan menarinya. Penonton yang melemparnya tadi di perbolehkan untuk menari dengan penari Sintren.
  • Temohon

Pada bagian Temohon adalah bagian dimana para penari Sintren dengan nampan mendekati penonton untuk meminta tanda terimakasih.



    Untuk menjadi penari Sintren ada beberapa syarat yang harus dimiliki calon penari, terutama sebagai penari Sintren harus masih gadis atau masih perawan karena penari sintren harus dalam keadaan suci. Selain itu para penari Sintren juga di wajibkan berpuasa terlebih dahulu, agar tubuh si penari tetap dalam keadaan suci dan menjaga tingkah lakunya agar tidak berbuat dosa dan berzina, sehingga menyulitkan bagi roh atau dewa yang akan masuk dalam tubuhnya.
    
5. Tari Ebeg ( Kuda Lumping )
       Ebeg atau Kuda Lumping merupakan bentuk kesenian tari dari daerah Banyumas  Jawa Tengah yang menggunakan  boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Tarian ini menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda. Kesenian Ebeg ini diperkirakan sudah ada sejak zaman purba tepatnya ketika manusia mulai menganut aliran kepercayaan animisme dan dinamisme. Salah satu bukti yang menguatkan adalah bentuk - bentuk in trance (kesurupan) atau wuru, yang terdapat dalam tarian Ebeg tersebut.




      Dalam pertunjukannya, penari Ebeg biasanya terbagi menjadi 3 bagian. Pada bagian pertama biasanya dilakukan oleh beberapa penari wanita, dengan menunggangi kuda mereka menari dengan gerakan yang lembut dan dinamis. Kemudian pada bagian kedua, biasanya dimainkan oleh beberapa penari pria. Pada bagian ini para penari menari dengan gerakan menggambarkan keberanian para prajurit penunggang kuda di medan pertempuran. Dan yang terakhir adalah bagian yang dimainkan oleh beberapa penari pria yang menunggangi kuda. Sambil memainkan pecut, mereka menari mengikuti iringan musik. Pada bagia ini beberapa penari mengalami kesurupan dan dengan keadaan tidak sadar mereka melakukan beberapa atraksi berbahaya seperti memakan beling, menyayat diri, berjalan diatas pecahan kaca dan beberapa atraksi berbahaya lainnya.


         Dalam pertunjukan Ebeg ini biasanya dikawal oleh beberapa pawang atau dukun untuk mengantisipasi hal - hal yang tidak diinginkan. Sebelum pertunjukan dimulai biasanya ada beberapa ritual yang dilakukan olehpara dukun yaitu memberikan sesaji dan membacakan doa agar dijauhkan dari mara bahaya. Selain melakukan ritual, dukun juga ditugaskan untuk mengawal para penari yang kesurupan saat melakukan atraksi agar tidak terjadi hal - hal yang tidak di inginkan dan menyembuhka para penari dari keadaan kesurupan.
        Ebeg dianggap kesenian yang murni berasal dari Banyumas Jawa Tengah, karena ebeg sama sekali tidak menceritakan tokoh tertentu dan tidak terpengaruhi agama tertentu, baik Hindu mupun Islam. Bahkan dalam lagu - lagu yang mengiringi pertunjukan tari Ebeg ini justru menceritakan tentang kehidupan masyarakat tradisional, terkadang berisi pantun, wejangan hidup dan menceritakan tentag kesenian Ebeg itu sendiri. Lagu yang dinyanyikan dalam pertunjukan Ebeg hampir keseluruhan menggunakan bahasa Jawa Banyumasan atau biasa disebut Ngapak lengkap dengan logat khasnya. Beberapa contoh lagu - lagu pengiring Ebeg yang sering dinyanyikan adalah Sekar Gadung, Eling - Eling, Ricik - Rikcik Banyumasan, Tole - Tole, Waru Doyong, Ana Maning Modele Wong Purbalingga, dll.

6. Tari Bedhaya Ketawang 
       Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian kebesaran yang hanya di pertunjukan ketika penobatan serta peringatan kenaikan tahta raja di Kasunan Surakarta. Tarian ini merupakan tarian sakral yang suci bagi masyarakat dan Kasunanan Surakarta. 
       Sebagai tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus dimiliki setiap penarinya. Syarat yang paling utama yaitu para penari harus seorang gadis suci dan tidak sedang haid. Jika sedang haid maka penari harus meminta ijin kepada Kanjeng Ratu Kidul terlebih dahulu dengan melakukan caos dhahar di panggung sanga buwana, Keraton Surakarta. Hal ini dilakukan dengan berpuasa selama beberapa hari menjelang pertunjukan . Kesucian para penari sangat penting, karena konon katanya saat latihan berlangsung, Kanjeng Ratu Kidul akan datang menghampiri para penari jika gerakanya masih salah.



      Bedhaya Ketawang ini diciptakan oleh Raja Mataram ketiga, Sultan Agung (1613 - 1646) dengan latar belakang mitos percintaan raja Mataram pertama (Panembahan Senopati) dengan Kanjeng Ratu Kidul (penguasa laut selatan). Pada perkembanganya budaya Islam ikut mempengaruhi bentuk - bentuk tari yang muncul pada jaman Majapahit ini. Tari Bedhaya Ketawang yang awalnya 7 orang penari berubah menjadi 9 penari disesuaikan dengan jumlah Wali Sanga. Ide Sunan Kalijaga tentang Bedhaya dengan 9 penari ini akhirnya sampai pada Mataram Islam, tepatnya sejak Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 oleh Pangeran Purbaya, Tumenggung Alap - Alap dan Ki Panjang Mas, maka disusunlah Bedhaya dengan penari berjumlah 9 orang.



7. Tari Bondan
    Tari Bondan adalah tarian tradisional yang menggambarkan tentang kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Tarian ini berasal dari Surakarta Jawa Tengah. Yang menjadi ciri khas dari Tari Bondan ini adalah properti yang digunakan, yaitu payung kertas, kendil dan boneka bayi yang di gendong penari.
     Menurut sejarahnya, Tari Bondan merupakan tarian yang wajib dimainkan pleh para kembang desa untuk menunjukan jati dirinya. Dengan tarian ini maka akan terlihat bagaimana mereka saat menjadi seorang ibu dan mengasuh anak mereka. Sehingga sebagai wanita tidak hanya berparas cantik tapi juga harus bisa mengasuh, memberikan kasih sayang dan melindungi anaknya.


      Dalam pertunjukanya, para penari Tari Bondan menari dengan menggendong boneka bayi dengan satu tangan sementara satunya memegang payung kertas. Dalam Tari Bondan ini umumnya memilik makna yang tersirat pada setiap gerakannya. Sau adegan yang menjadi ciri khas adalah saat para penari menari diatas sebuah kendil. Pada adegan satu ini penari harus menjaga keseimbangan mereka di atas  kendil agar kendil yang dipijak tidak pecah. Selain itu para penari juga harus menari di atas kendil sambil memutar - mutar kendil yang di injak serta memainkan payung yang dibawanya.



8. Tari Lengger
     Tari Lengger adalah salah satu tarian tradisional dari Jawa Tengah yang di maikan oleh seorang laki - laki dan seorang perempuan. Tarian ini merupakan pengembangan dari tarian sebelumnya yaitu tari Tayub.
  

   Dalam tarian ini terdapat beberapa babak, setiap babak biasanya dimainkan dalam waktu 10 menit. Keunikan dalam tarian ini juga terletak pada kostum penarinya, pada penari wanita biasanya menggunakan baju tradisional dengan selendang yang di gunakan untuk menari dan penari laki - laki tampil dengan menggunakan topeng. Tari Lengger biasanya ditampilkan pada acara hajatan, hari besar. penyambutan tamu kehormatan dan festival budaya di Jawa Tengah.


    Nah, cukup sekian  itulah beberapa pengenalan tentang tarian tradisional yang berasal dari Jawa Tengah . Semoga bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan tentang tarian tradisional di Indonesia khususnya Jawa Tengah.







3 komentar:

  1. Wah banyak tahu ni tntang Jawa Tengah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe.... iya lumayan sih, saya lahir dan besar di Jawa Tengah soalnya

      Hapus
  2. jadi ingat dulu kesenian zaman SMA milih tari daerah Jawa Tengah, Tari Gambyong

    BalasHapus